BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Jumat, 16 Desember 2011

perencanaan pembelajaran

Mengelola Pembelajaran Secara Efektif

A. Pengertian Pengelolaan Pembelajaran
Kegiatan merupakan salah satu komponen yang harus ada, selain kurikulum dan hasil belajar penilaian berbasis kelas dan pengelolaan kurikulum berbasis madrasah, kegiatan pengelolaan pembelajara merupakan gagasan-gagasan pokok tentang kegiatan pembelajaran yang akan dijadikan sebagai pedoman untuk tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan serta memuat gagasan-gagasan pedagogis dan andragogis untuk mengelola pembelajaran agar berjalan secara efektif dan efisien.

B. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pembelajaran
Dalam pengelolaan pembelajaran guru ikut bertanggung jawab untuk menciptakan motivasi yang mendorong prakarsa motivasi siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran,guru harus memperhatikan beberapa prinsip kegiatan pembelajaran sebagai berikut :

1. Berpusat Pada Siswa
Setiap siswa yang berbeda-beda kepribadian telah ada dalam dirinya minat
(interest), kemampuan (ability), kesenangan (preference), pengalaman (experience) dan cara belajar (learning style) yang beda antara siswa yang satu dengan yang lainnya.
2. Pembalikan Makna Belajar
Dalam konsep tradisional belajar hanyalah diartikan penerimaan informasi oleh peserta didik dan sumber belajar, dalam kurikulum berbasis kompetensi makna belajar tersebut harus dibalik dimana belajar diartikan sebagai proses aktifasi dan kegiatan dan kegiatan siswa dalam membangun pengetahuan dan pemahaman terhadap informasi atau pengalaman.
3. Belajar Dengan Melakukan
Aktifitas siswa akan sangat ideal bila dilakukan dalam kegiatan nyata yang melibatkan dirinya terutama untuk mencari dan menemukan, serta mempraktekannya sendiri.
4. Mengembangkan Kemampuan Sosial Kognitip Dan Emosional
Dalam kegiatan pembelajaran siswa-siswa harus dikondisiskan dalam suasana interaksi dengan yang lain, seperti antara siswa dengan guru.
5. Mengembangkan Keingintahuan
Manusia terlahir memiliki rasa ingintahu, dan imajinasi yang dimiliki siswa merupakan modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri dan kreatif.
6. Mengembangkan Pemecahan Masalah
Dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan mampu untuk memecahkan masalah.maka apabila siswa mampu untuk memecahkan masalah, dengan sendirinya siswa akan siap menghadapitantangan dimasa yang akan dating.
7. Mengembangkan Kreatifitas Siswa
Potensi siwa yang berbeda-beda itu terlihat dalam pola pikir, daya imajinasi fantasi dan hasil karyanya. Karena itu kegiatan pembelajaran perlu dipilih dan dirancang agar memberikan kesempatan dan kegiatan kreasi secara berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kreatifitas siswa.
8. Mengembangkan Kemampuan Mengunakan Ilmu Pemgetahuan Dan Teknologi
Siswa perlu mengenal dan mampu menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak didi serta tidak gagap terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
9. Menumbuhkan Kesadaran Sebagai Warga Negara
Dalam kegiatan pembelajaran siswa perlu diberikan wawasan nilai-nalai social kemasyarakatan, patriotism dan semangat cinta tanah air yang dapat membekali siswa agar menjadi warga Negara yang bertanggung jawab serta memiliki semangat nasionalisme dan kebangsaan.
10. Belajar Sepanjang Hayat
Belajar sepanjang hayat sangat diperlukan, karena dunia pada dasarnya terus mengalami perkembangan dan penyempurnaan terutama dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yang menuntut manusia untuk belajar dan terus belajar agar dapat mengerti, memahami dan dapat menguasainya.
11. Perpaduan Kemandirian Dan Kerjasama
Dalam kegiatan pembelajaran dengan pemberian tugas-tugas individu untuk menumbuhkan kemandirian dan semangat kompetensi maupun tugas kelompok untuk menumbuhkan kerjasama dan solidaritas.

C. Pemberian Pengalaman Belajar Kepada Siswa
Pemberian pengalaman belajar pada siswa mengacu kepada empat pilar pendidikan yang dikembangkan badan PBB UNESCO yaitu :
1. Belajar untuk mengetahui ( Learning to know )
2. Belajar untuk melakukan ( Learning to do )
3. Belajar untuk diri sendiri ( Learning to be )
4. Belajar untuk hidup bersama / kebersamaan ( Learning to live together )

Menurut pusat kurikulum Balitbang Depdiknas ragam pengalaman belajar yang dapat diberikan kepada siswa meliputi :
1. Pengalaman mental
Beberapa bentuk pengalaman mental dapat diperoleh antara lain melalui membaca buku, mendengarkan ceramah, mendengarkan berita radio, melakukan perenungan, menonton televisi atau film. Pada pengalaman belajar melalui pengalaman mental, biasanya siswa hanya memperoleh informasi melalui indera dengar dan lihat. Ditinjau dari tingkat perkembangan anak, pengalaman belajar melalui indera dengar lebih sulit daripada melalui indera lihat karena melalui indera dengar diperlukan kemampuan abstraksi dan konsentrasi penuh.
2. Pengalaman fisik
Pengalaman belajar jenis ini meliputi kegiatan pengamatan, percobaan, penelitian, kunjungan, karya wisata/study tour, pembuatan buku harian, dan beberapa bentuk kegiatan praktis lainnya. Lazimnya, siswa dapat memanfaatkan seluruh inderanya ketika menggali informasi melalui pengalaman fisik.
3. Pengalaman social
Beberapa bentuk pengalaman sosial yang dapat dilakukan antara lain: melakukan wawancara dengan tokoh, bermain peran, berdiskusi, bekerja bakti, melakukan bazar, pameran, jual beli, pengumpulan dana untuk bencana alam, atau ikut arisan. Pengalaman belajar ini akan lebih bermanfaat kalau masing-masing siswa diberi peluang untuk berinteraksi satu sama lain: bertanya, menjawab, berkomentar, mempertanyakan jawaban, mendemonstrasikan, dan sebagainya.
Selanjutnya pusat kurikulum Balitbang Depdiknas mengklasifikasikan pengalaman belajar dari sudut kekongkritan dan sudut keabstrakan kedalam beberapa bagian,yaitu :
1. Situasi nyata
Kalau guru ingin meningkatkan pemahaman siswa tentang liku-liku sidang tahunan MPR khususnya tentang cara MPR membuat keputusan atau cara MPR menilai pidato pertanggungjawaban presiden, maka siswa perlu dibawa ke gedung MPR untuk mengamati secara langsung sidang MPR. Beberapa kompetensi yang berkaitan dengan kemampuan praktis akan lebih efektif kalau dilaksanakan dengan menghadirkan atau mendatangi situasi dan peristiwa nyata. Cara ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok: situasi nyata, yakni siswa terlibat langsung dan situasi nyata yang siswa hanya sebagai pengamat dan tidak terlibat langsung.
2. Situasi buatan
Tentu saja guru tidak selalu mampu menyediakan situasi nyata. Sekolahsekolah di luar Jakarta dan atau yang jauh dari Jakarta tentu akan sulit menghadiri sidang tahunan MPR. Dengan demikian, peningkatan pemahaman siswa tentang cara MPR membuat keputusan, dapasituasi buatan. Pada kondisi ini, kelas dapat dirancang seperti ruang sidang MPR, siswa-siswa berperan sebagai anggota MPR, dan beberapa di antaranya berperan sebagai ketua dan wakil ketua MPR. Seperti juga pada model situasi nyata, pada model ini pun dapat dibedakan menjadi situasi buatan dengan siswa terlibat langsung dan situasi buatan dengan siswa tidak terlibat langsung.
3. Audio visual
Cara ini menyajikan contoh situasi nyata atau contoh situasi buatan dalam sajian tayangan hidup (film). Tentu saja, cara ini lebih mudah menjadi pengalaman belajar kalau sajian tayangan mengandung unsur cerita yang berkaitan dengan pengalaman dan imajinasi siswa. Pencapaian kompetensi tentang sikap (attitude) seperti pada mata pengajaran Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama, akan sangat membantu kalau dikemas dalam suatu cerita tayangan hidup yang menyentuh dimensi emosi dan perasaan.
4. Visualisasi verbal
Cara ini banyak berkaitan dengan membaca buku pelajaran, buku sumber, ensiklopedia, lembar kegiatan/lembar kerja, carta, grafik, tabel. Pada beberapa buku biasanya tidak hanya menyajikan uraian teks, tetapi juga dilengkapi dengan beragam ilustrasi (gambar). Dengan demikian, siswa yang memiliki daya abstraksi lemah dapat terbantu dengan keberadaan ilustrasi/gambar tersebut.
5. Audio verbal
Guru terbiasa menggunakan cara audio-verbal dalam bentuk ceramah. Pada keadaan ini, siswa senantiasa diam-pasif sambil mendengarkan penjelasan guru. Kekurangan atau kelemahan cara ini adalah ada sebagian siswa tidak mudah untuk menyamakan informasi yang diceramahkan guru dengan pengetahuan awal siswa. Kalau keadaan ini berkelanjutan, peristiwa belajar cenderung tidak berlangsung. Untuk mengatasinya, guru harus mengurangi cara ini, atau kalau terpaksa perlu berceramah cukup antara 20 – 25 menit saja dan diselingi dengan kegiatan yang mendorong Lihat, Raba, Bau, Rasa. Materi yang diceramahkan pun perlu kontekstual dengan pengalaman sebagian besar siswa. Contoh: Melakukan Permainan,bermain peran,Diskusi (bertanya, menjawab, berkomentar, mendengar penjelasan, menyanggah),Menggambar dan mengarang,Menulis prosa, puisi, pantun dan lain sebagainya.

D. Perkembangan Kecakapan Hidup ( Life skiil )
Pemberian dan pengembangan life skiil yang diberikan kepada siswa bertujuan untuk :
1. Memfungsikan pendidikan sesuai fitrahnya yaitu mengembangkan fitrah manusiawi peserta didik yang akan memegang peran penting dimasa yang akan dating.
2. Pemberi peluang kepada lembaga pelaksana pendidikan agar dapat mengembangkan pembelajaran secara fleksibel.
3. Memberi bekal kepada tamatan dengan kecakapan hidup yang dibutuhkan agar kelak mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan hidup dan kehidupan.

Adapun pemberian dan pengembangan life skiil kepada siswa sangat diperlukan karna berbagai alasan sebagai berikut :
1. Untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupannya siswa harus dibekali dengan keterampilan-keterampilan hidup seperti :
a. Disiplin
b. Jujur
c. Amanah
d. Cerdas
e. Sehat dan bugar
f. Pekerja keras
g. Pandai menerima dan memanpaatkan peluang
h. Mampu bekerjasama dengan orang lain
2. Dengan keterampilan hidup yang diberika disekolah diharapkan adanya kesesuaian antara keterampilan hidup yang telah diberikan dengan keterampilan-keterampilan hidup yang dibutuhkan anak setelah menyelesaikan suatu jenjang pendidikan.
E. Kecakapan Hidup
Kecakapan hidup dibagi menjadi dua bagian,yaitu :
1. Kecakapan hidup umum ( General life skiil ) meliputi :
a. Kesadaran diri
b. Kecakapan berpikir
c. Kecakapan komunikasi
d. Kecakapan kerjasama
2. Kecakapan hidup khusus ( Sefesific life skiil ) dibagi menjadi dua bagian,yaitu :
a. Kecakapan akademik ( Berpikir ilmiah )
• Identifikasi variabel
• Merumuskan hipotesis
• Melaksanakan penelitian
b. Kecakapan vokasinal ( Kejuruan )
• Kecakapan memanfaatkan teknologi
• Mengelola sumberdaya
• Bekerjasama dengan orang lain
• Memanfaatkan informasi
• Mengelola system
• Berwirausaha
• Kecakapan kejuruan
• Memilih dan mengembangkan karir
• Menjaga keharmonisan dengan lingkungan

F. Mengelola Pembelajaran Secara Efektif
1. Pengelolaan kelas atau tempat belajar
a. Pengelolaan meja dan kursi
b. Pengelolaan alat-alat pengajaran
c. Penataan keindahan dan kebersihan kelas
d. Ventilasi dan tata cahaya
e. Pajangan kelas
2. Pengelolaan siswa
Pengelolaan siswa dalam kelas dapat dilakukan secara perorangan,berpasangan,kelompok atau klasifikasi disesuaikan dengan jenis kegiatan.
3. Pengelolaan kegiatan pembelajaran
a. Penyediaan pertanyaan yang mendorong siswa untuk berfikir
b. Penyediaan umpan balik yang bermakna
c. Penyediaan program penilaian yang mendorong siswa melakukan unjuk kerja.
4. Pengelolaan isi atau materi pembelajaran
Pengelolaan atau materi pembelajaran yang dilakukan oleh guru harus disiapkan dan direncanakan dalan silabus dan system penilaian yang dibuat oleh guru.
5. Pengelolaan sumber belajar
a. Sumberdaya manusia yaitu guru,kepala sekolah dan tenaga pendidik lainnya.
b. Sumber belajar secara fisik adalah perpustakaan,laboratorium,serta media cetak dan media elektronik.

0 komentar: